Pengertian Putra-Putri Altar
Putra-Putri altar atau sering juga disebut sebagai misdinar
(Belanda : misdienarr) adalah satu posisi dalam Gereja Katolik yang
diperuntukkan bagi umat awam dan kaum klerus yang belum mendapatkan Sakramen
Imamat Suci, namun dikarenakan posisi ini banyak diisi oleh kaum awam maka
dalam pandangan umat, posisi ini lebih dikaitkan dengan peran umat awam.
Pada awalnya misdinar (Latin : acolite) adalah para frater.
Selama masa pendidikannya, Gereja menganjurkan agar para frater minimal pernah
menjadi baik sebagai putra altar maupun sebagai seremonarius (sebagai tambahan;
seremoniarius adalah seseorang dalam Misa Kudus yang bertugas untuk mengatur
agar Misa Kudus berjalan dengan lancar, baik dengan mengoordinasi selebran
maupun umat dan petugas liturgi). Hal ini yang berdampak secara langsung kepada
hal-hal berikut ini :
1. Pakaian liturgi resmi putra altar dari Takhta Suci
Vatikan adalah jubah hitam (cassock) dipadukan dengan superpli, dikarenakan
jubah hitam adalah pakaian sehari-hari para biarawan-biarawati zaman dahulu dan
warna hitam melambangkan keadaan manusia yang penuh dosa (pengecualian
dilakukan bagi para klerus yang berdomisili di daerah tropis; dikarenakan iklim
yang cukup panas, diberikan privilese khusus dengan diperkenankan mengenakan
jubah berwarna putih yang seharusnya hanya menjadi hak pribadi dan istimewa
Paus).
2. istilah putra altar, karena sampai Konsili Vatikan II,
hanya para frater yang menjalani tugas sebagai putra altar; kemudian Gereja
membuka jalan bagi mereka yang mau melayani Tuhan dengan membantu imam selebran
di altar namun tidak ingin menjalani kehidupan membiara dengan menjadi putra
altar (penting ! sampai saat tersebut, hanya yang berjenis kelamin pria yang
diperbolehkan; baik sudah menikah ataupun belum, dengan syarat usia minimal
tertentu).Sampai pada Konsili Vatikan II, Gereja membuka jalan selebar-lebarnya
bagi umat yang ingin berpartisipasi memeriahkan liturgi dan Misa Kudus dengan
cara yang wajar dan berkenan kepada Allah, tanpa merusak keindahan liturgi itu
sendiri. Pada masa itulah, istilah putri altar muncul dengan diperkenankannya
mereka yang berjenis kelamin wanita ikut melayani sebagai misdinar di altar
Tuhan.
Pada dasarnya tugas seorang putra atau putri altar adalah
membantu imam selebran atau konselebran dalam memimpin Misa Kudus. Berikut
rincian tugas mereka (baik dalam Misa biasa, Misa Hari Raya, atau Misa yang
dipimpin oleh Uskup) :
1. Membawakan salib, lilin bernyala, wiruk dan dupa saat
perarakan (Misa Hari Raya) atau tongkat uskup (Misa yang dipimpin oleh uskup;
dengan turut mengenakan velum).
2. Mendupai imam selebran pada saat pembukaan setelah sampai
di altar dan imam mendupai altar (apabila ada imam konselebran, maka tugas
mendupai imam selebran diserahkan kepadanya, demikian pula jika ada uskup),
(MISA HARI RAYA)
Catatan penting !
Imam dan umat hanya didupai dengan aturan 2 x 3 (duplex
trictibus) yakni mengayunkan wiruk sebanyak 2 kali ayunan di bagian kiri,
bagian tengah, dan bagian kanan sehingga berjumlah 6 kali ayunan dan HARUS
terdengar suara sentuhan wiruk dan rantai wiruk (crik....crik...)
3. Kembali mendupai imam (jika dipimpin oleh imam selebran,
maka yang didupai adalah dirinya, namun jika terdapat imam konselebran atau
uskup, maka yang didupai ialah imam yang diberikan tugas membaca Injil) pada
saat imam mempersiapkan diri untuk membaca Injil (pada saat Bait Pengantar
Injil) (MISA HARI RAYA)
4. Membawa lilin bernyala pada saat imam membaca Bacaan
Injil,
5. Membantu imam mengambil persembahan (jika umat yang
menghantarkan persembahan),
6. Mengantarkan materi-materi Ekaristis ke altar (piala,
sibori, ampul, wadah lavabo, dan lavabo),
Catatan penting !
Urutan 1 set piala : KORPORALE - PALLA - HOSTI - PATENA -
PURIFIKATORIUM - PIALA
7. Menghantarkan wiruk bagi imam untuk mendupai materi
Ekaristi setelah imam mengucapkan doa persiapan Ekaristi dan kemudian
dilanjutkan dengan mendupai umat, (MISA HARI RAYA)
8. Mendupai pada saat konsekrasi (MISA HARI RAYA),
9. Membunyikan tanda-tanda tertentu pada saat Doa Syukur
Agung (lonceng, gong, dll), yang telah disetujui oleh Gereja,
10. Membawa lilin bernyala pada saat pembagian komuni,
11. Membawa kembali 1 set piala dan sibori ke meja credens,
dan
12. Membawa salib dan tongkat uskup dengan mengenakan velum pada
saat perarakan (MISA HARI RAYA).
Keberadaan para misdinar di panti imam (sanctuarium)
memberikan dampak langsung bagi keberlangsungan Misa karena secara jelas umat
melihat ada pihak lain selain imam dan petugas liturgi yang berada di altar dan
ini berarti pandangan umat bisa semakin terbagi-bagi dan bisa saja
mengakibatkan umat tidak fokus selama Misa Kudus berlangsung. Oleh karena
itu, setiap putra/putri altar yang bertugas diwajibkan untuk menjaga sikap dan
bahasa selama bertugas dalam Misa. Hal ini tidak lain bertujuan untuk
menjaga khidmatnya Misa Kudus dan sekaligus memberikan teladan bagi umat
bagaimana mengikuti Misa Kudus dengan benar.
Berkaitan dengan kalimat terakhir, jelas bagi kita, secara
tidak langsung, misdinar menjadi pewarta Gereja dalam hal memberitahukan kepada
umat tata cara yang benar bagi umat dalam mengikuti Misa karena tata gerak yang
dilakukan oleh misdinar selama Misa berlangsung adalah tata gerak yang sama
dengan umat, namun berbeda dengan imam.
Hal kedua, misdinar memperoleh bagian khusus dalam misteri
Ekaristi. Misdinar bersama-sama dengan imam selebran, mengambil bagian langsung
dalam misteri agung iman tersebut. Misdinar menghantarkan materi Ekaristi dan
imam yang mempersembahkannya kepada Allah. Setelah dikonsekrasi, misdinar
berada dalam jarak yang paling dekat kedua dengan Allah yang mewujud dalam
Tubuh dan Darah Kristus, setelah imam sendiri. Curahan rahmat Ekaristi
yang begitu melimpah, baik disadari atau tidak, lebih dahulu turun kepada para
misdinar, daripada kepada umat. Demikian pula, misdinar memperoleh pengetahuan
yang lebih baik tentang Ekaristi daripada umat.
Begitu banyak rahmat yang dicurahkan Allah kepada mereka
yang bersedia untuk melayani-Nya di altar dengan menjadi putra-putri altar. Namun,
begitu amat sering pula, Allah bersedih hati melihat putra-putri altar-Nya
malah melakukan tindakan-tindakan yang tidak layak selama mereka bertugas di
altar. Tindakan-tindakan yang malah mencemarkan liturgi dan Misa Kudus itu
sendiri.
Allah merindukan semakin banyak putra dan putri-Nya datang
untuk melayani-Nya dalam Misa Kudus. Ia menantikan mereka yang mau dicurahkan
rahmat oleh-Nya karena rahmat-Nya yang begitu berlimpah dan tanpa habis. Ia
menunggu Anda untuk melayani sesama dalam Misa Kudus bukan hanya itu saja, dan
Ia menunggu Anda untuk dikaruniai rahmat suci Ekaristi. Rahmat suci yang hanya
bisa diberikan oleh Allah semata, bahkan tidak jarang, para misdinar dikaruniai
rahmat yang tidak pernah didapatkan oleh orang lain dan rahmat yang paling
tinggi juga pernah diraih oleh banyak putra-putri altar, yakni menjadi
orang-orang kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar